Connect with us

Cerita Bagleg, Crew Backstage Dialog Dini Hari Yang Harus Tetap Bertahan Di Badai Pandemi

bagleg crew backstage

Musik

Cerita Bagleg, Crew Backstage Dialog Dini Hari Yang Harus Tetap Bertahan Di Badai Pandemi

Hingar bingar dunia pertunjukan khususnya dunia musik tentunya membawa berkah bagi banyak pihak. Tidak hanya artis/band yang ketiban rejeki namun banyak pihak lainnya juga mendapatkan rejeki dari dunia pertunjukan ini. Yang jarang diekspos oleh media adalah crew backstage atau kru belakang panggung. Crew backstage ini adalah satu komponen penting agar pertunjukan suatu artis atau band bisa berjalan lancar. Merekalah yang mempersiapkan segala sesuatunya dari peralatan sampai hal-hal teknis lainnya di atas panggung pertunjukan.

bagleg crew back stage
Bayu Agung/Bagleg crew backstage Dialog Dini Hari (DDH)

Salah satu crew backstage yang sudah malang melintang di dunia pertunjukan di Bali adalah Bagleg. Anak muda yang memiliki nama Bayu Agung ini sudah sejak 2011 “nge-kru” (istilah untuk crew backstage) beberapa band di Bali. Terakhir hingga saat ini ia menjadi crew backstage band Dialog Dini Hari (DDH) khusus untuk kru drum Deny Surya. “Deny Surya lah yang banyak mengajarkan saya terkait teknis suatu peralatan dan mengenalkan jenis-jenis peralatan tersebut,” kenang Bagleg.

Bagleg saat “Nge-Kru” – Foto oleh Bagleg

Pekerjaan sebagai crew backstage ini awalnya ia jalani sebagai hobi, namun lambat laun crew backstage ini sudah menjadi pekerjaan utamanya. Masuk sebagai crew backstage DDH tentunya memberikan penghasilan yang cukup lumayan mengingat jadwal manggung DDH terbilang sangat banyak untuk ukuran band dari Bali. “Untuk DDH sebulan saja bisa 6 kali pentas baik di Bali maupun di Luar Bali, dari segi penghasilan cukup banget untuk memenuhi kebutuhan hidup saya dan keluarga,” ungkap Bagleg saat ditemui di Rock The Beat Studio.

Menurut Bagleg, selain mendapatkan penghasilan, enaknya jadi crew backstage adalah mendapat kesempatan jalan-jalan ke luar Bali bertemu dengan orang-orang baru, makanan daerahnya dan budaya daerah yang dikunjungi.

Profesi sebagai orang yang bergelut dalam dunia pertunjukan memang sangat menjanjikan saat sebelum badai pandemi Covid-19 datang. Namun saat pandemi ini datang, semua harapan menjadi buyar. Tidak ada lagi pentas musik dengan jumlah masa/penonton yang banyak, tidak ada lagi suara sound system menghentak dan gemerlap tata lampu di atas panggung.

Bagleg (Baju putih tengah) bersama Bandnya – Foto oleh Bagleg

Tentunya kondisi ini sangat berpengaruh pada kehidupan Bagleg yang bergantung dari profesinya sebagai crew backstage. Tanpa manggung sama saja artinya tanpa pendapatan. Selain di dunia hiburan, pekerjaan sampingan Bagleg juga terkena imbasnya.

Usaha makanan beku(Frozen Food)nya hampir tidak ada yang order lagi. “Saya menjual produk frozen food untuk disuplai ke hotel-hotel. Hotel-hotel tutup, tidak ada lagi yang pesan produk frozen food saya. Selain itu mobil yang saya gunakan untuk ojek online juga ditarik pihak finance karena tidak bisa bayar cicilan,” cerita Bagleg.

Namun Bagleg tidak patah semangat, dengan prinsip “Everything I Brush”-nya, ia lakukan segala pekerjaan tanpa harus malu lagi. “Semua pekerjaan saya ambil, dari bersih-bersih, antar barang pokoknya serabutan. Selain itu saya juga mencoba untuk mencoba membuat kanal youtube Astaga TV yang berisi konten musik mengundang teman-teman saya di dunia musik,” imbuh Bagleg.

Bagleg saat soundcheck – Foto oleh Bagleg

Bagleg dan tentunya insan musik lainnya pasti akan kangen dengan riuhnya suasana konser atau pertunjukan musik dengan masa yang besar. “Vibesnya itu yang membuat saya kangen untuk ngekru lagi, walaupun di belakang panggung tetapi kita sebagai kru tetap bisa merasakan vibes tersebut. Beda banget kalau sedang konser virtual,” ungkap Bagleg yang saat ini juga berprofesi sebagai ojek online.

Bagleg saat sound check – Foto oleh Bagleg

Ia berharap pandemi ini bisa segera berakhir sehingga dunia pertunjukan yang mati suri bisa mulai hidup kembali. Selain itu ia berharap ada kebijakan pemerintah mengenai diadakannya konser atau pertunjukan yang melibatkan masa atau penonton. “Dari pemerintah bisa mengatur regulasi terutama ijin, bagaimana pertunjukan ini tetap bisa jalan dan tetap mematuhi protokol kesehatan. Kalau pemerintah yang mengadakan kegiatan diperbolehkan, kalau komunitas lain mengadakan harusnya juga diperbolehkan dengan syarat-syarat tertentu,” ungkap Bagleg dengan penuh harap.

Semoga pandemi segera berakhir, kita bisa bersua kembali di gemerlap dan riuhnya konser!

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Lainnya di Musik

Advertisement
To Top