Family
Anak Tantrum Saat Orang Tua Stres? Begini Cara Mengatasinya
Menghadapi tantrum anak adalah tantangan yang berat, namun situasinya menjadi jauh lebih sulit ketika orang tua sendiri sedang tidak stabil, misalnya karena tekanan pekerjaan, masalah keluarga, kelelahan, atau stres lain. Kombinasi ini bisa memicu ledakan emosi, kata-kata yang disesali, hingga pola asuh yang tidak konsisten.
Untuk mencegah hal tersebut, berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan orang tua saat menghadapi tantrum dalam kondisi emosional yang kurang ideal.
1. Sadari Kondisi Emosimu Terlebih Dahulu
Langkah pertama adalah menyadari bahwa kamu sedang tidak berada di kondisi terbaik. Kesadaran ini membuatmu berhenti bereaksi secara impulsif dan memberi ruang untuk memilih respon yang lebih tenang. Tanpa sadar, banyak konflik dengan anak terjadi karena orang tua tidak menyadari bahwa mereka sedang kelelahan atau penuh tekanan.
2. Ambil Jeda Singkat (Jika Aman)
Ketika anak tantrum, orang tua sering merasa harus langsung mengatasi situasi. Padahal, mengambil jeda 10–20 detik untuk menarik napas dalam dapat menurunkan intensitas emosi. Jika anak tantrum di tempat aman, kamu bahkan bisa mengambil jeda satu menit untuk sekadar bernapas, minum air, atau menjauh sejenak agar tidak terpancing emosi.
3. Beri Respon Minimal Namun Tetap Hadir
Jika kamu sedang tidak stabil, usahakan memberikan respon minimal: tetap berada dekat anak, mengawasinya, namun tanpa harus memberikan ceramah panjang atau reaksi berlebihan. Kehadiran yang tenang dan stabil memberi pesan bahwa anak tetap aman meski sedang meluapkan emosinya.
4. Gunakan Kalimat Singkat dan Tidak Membakar Emosi
Saat kondisi mental tidak baik, orang tua cenderung bicara lebih keras atau panjang. Gunakan kalimat singkat dan netral seperti, “Ayah/Ibu di sini,” atau, “Kamu sedang marah ya?” atau, “Kita tunggu sampai kamu tenang.” Kalimat pendek mengurangi risiko terpancing emosi sekaligus membantu anak merasa dipahami.
5. Jangan Mencoba Mengoreksi atau Mengajari Saat Tantrum Memuncak
Dalam kondisi tantrum, anak tidak sedang berada di mode belajar, begitu juga orang tua yang sedang tidak stabil. Hindari berkata panjang, menasihati, atau memarahi. Fokus utama adalah menenangkan situasi, bukan mendidik. Edukasi bisa dilakukan nanti ketika semua emosi sudah mereda.
6. Jika Perlu, Minta Bantuan Orang Dewasa Lain
Jika ada pasangan, keluarga, atau orang dewasa lain di rumah, tidak ada salahnya meminta bantuan sementara. Memindahkan peran dalam beberapa menit dapat mencegah ledakan emosi. Ini bukan tanda gagal sebagai orang tua, melainkan kemampuan mengenali batas diri.
7. Setelah Anak Tenang, Lakukan Repair
Ketika situasi sudah kondusif dan emosi mereda, lakukan repair atau perbaikan hubungan seperti mengajak anak bicara pelan-pelan, jelaskan perasaannya, dan berikan pelukan jika ia siap. Jika kamu sempat terpancing emosi, tidak apa-apa mengakuinya dengan mengatakan, “Maaf tadi Ayah/Ibu juga sedang capek. Kita sama-sama belajar ya.” Anak belajar regulasi emosi dari kemampuan orang tua memperbaiki hubungan, bukan dari kesempurnaan.
8. Prioritaskan Perawatan Diri Orang Tua
Tantrum lebih sering terjadi ketika orang tua sedang lelah, burnout, atau kurang istirahat. Jaga dirimu dengan tidur cukup, minum air, makan teratur, dan cari waktu kecil untuk istirahat mental. Orang tua yang merasa penuh akan lebih mudah memanas. Merawat diri bukan egois, itu fondasi menjadi orang tua yang lebih stabil.
Ketika anak tantrum dan emosi orang tua juga tidak stabil, situasi bisa menjadi sangat menegangkan. Namun dengan memperlambat reaksi, mengambil jeda, dan menanggapi secara minimal, orang tua dapat mencegah konflik lebih besar.
Ingat, tidak ada orang tua yang selalu tenang. Yang penting adalah kemampuan untuk kembali terkendali dan memperbaiki hubungan setelahnya. Anak tidak membutuhkan orang tua yang sempurna, mereka hanya butuh orang tua yang berusaha memahami.

