Family
Dulu Dimarahi, Sekarang Ditemani: Perjalanan Pola Asuh dari Baby Boomer ke Gen Z
Dalam setiap keluarga, perubahan zaman tak hanya memengaruhi gaya hidup, tapi juga cara orang tua membesarkan anak. Dari generasi ke generasi, pola asuh terus berkembang menyesuaikan dengan nilai, tantangan, dan kesadaran sosial yang berubah.
1. Orang Tua Baby Boomer: Tegas, Keras, dan Penuh Tuntutan
Orang tua dari generasi baby boomer (lahir sekitar 1946–1964) dibesarkan di masa pasca perang dan masa transisi menuju pembangunan. Nilai-nilai yang dipegang sangat kuat: ketaatan, kerja keras, dan disiplin.
Tak heran, mereka pun membesarkan anak dengan gaya otoriter seperti anak harus taat tanpa banyak bertanya, adanya hukuman fisik dianggap wajar, bahkan validasi emosional hampir tidak ada.
Pola asuh ini terbentuk dari keyakinan bahwa dunia di luar sana keras, jadi anak harus dilatih untuk ‘tahan banting’ sejak dini. Sayangnya, banyak anak yang tumbuh dengan luka emosional tersembunyi karena merasa tidak pernah cukup baik di mata orang tuanya.
2. Generasi X dan Y (Milenial): Di Antara Dua Kutub
Generasi X (lahir 1965–1980) dan Y/Milenial (lahir 1981–1996) tumbuh di tengah era transisi besar: teknologi mulai masuk, pendidikan semakin terbuka, dan kesadaran akan kesehatan mental mulai dibicarakan.
Mereka adalah generasi yang merasakan didikan keras dari orang tua baby boomer, namun mulai mempertanyakan ulang banyak nilai lama.
Sebagai orang tua, Gen X dan Y mulai mencoba mendengarkan anak lebih banyak, menghindari kekerasan fisik dalam mendisiplinkan., menciptakan ruang dialog dalam keluarga, serta memberikan kebebasan, namun masih ada sisa-sisa kontrol dari pola asuh lama.
Namun, mereka juga menghadapi tantangan baru: parenting sambil bekerja keras di era digital yang menuntut segalanya serba cepat.
3. Gen Z Awal Mulai Jadi Orang Tua: Lebih Lembut, Lebih Sadar Emosi
Kini, sebagian Gen Z (lahir 1997–2012) yang sudah memasuki usia dewasa, mulai menjalani peran sebagai orang tua. Mereka tumbuh dengan lebih banyak akses terhadap informasi psikologi, kesehatan mental, dan pendidikan anak.
Sebagai orang tua muda, Gen Z cenderung fasih memvalidasi perasaan anak, lebih sadar akan inner child dan trauma masa kecil, sehingga berusaha tidak mengulang pola yang menyakitkan, menghindari kekerasan verbal dan fisik, menggantinya dengan pendekatan dialog dan empati, menganggap anak sebagai teman belajar, bukan anak tangga kesuksesan.
Namun, mereka juga menghadapi tantangan besar seperti tekanan ekonomi, parenting di tengah ketidakpastian, serta harus tetap ‘waras’ di era yang serba online.
4. Pola Asuh Tiap Generasi Tidak Ada yang Sempurna
Setiap generasi membawa nilai dan kekurangannya masing-masing. Namun, perubahan pola asuh dari generasi ke generasi menunjukkan satu hal penting: manusia terus belajar mencintai dengan lebih bijak.
Dari baby boomer, kita belajar pentingnya tanggung jawab dan kedisiplinan.
Dari Gen X dan Y, kita belajar tentang adaptasi dan keberanian untuk berubah.
Dari Gen Z, kita belajar tentang empati, kesehatan mental, dan pentingnya hadir secara emosional untuk anak.
Pada akhirnya, anak-anak tidak hanya butuh sukses, namun mereka juga butuh sehat secara batin dan seiring perkembangan zaman semoga perjalanan pola asuh kita ke depan menjadi lebih baik dari sebelumnya.

