Family
Meski Tumbuh Bersama, Pahami Kakak-Adik Punya Dunianya Sendiri
Sebagai orang tua, kita sering beranggapan bahwa anak-anak yang tumbuh bersama otomatis akan memiliki hubungan yang dekat. Namun, kenyataannya tidak selalu seperti itu. Banyak orang tua merasa bingung atau khawatir ketika menyadari bahwa anak-anak mereka, meskipun dibesarkan di rumah yang sama justru seperti dua pribadi asing yang menjalani dunianya masing-masing.
Mengapa hal ini bisa terjadi, dan apa yang bisa dilakukan orang tua?
1. Setiap Anak Memiliki Kepribadian Berbeda
Meskipun tumbuh dalam lingkungan dan pengasuhan yang sama, setiap anak memiliki temperamen, minat, dan cara berinteraksi yang berbeda. Seorang kakak mungkin pendiam dan suka membaca, sedangkan sang adik aktif dan suka berbicara. Perbedaan inilah yang secara alami bisa membuat mereka tidak banyak berinteraksi, meski tinggal serumah.
Kenali karakter masing-masing anak tanpa memaksa mereka harus akur seperti bayangan kita. Fokuslah pada cara membangun saling pengertian, bukan menyamakan kepribadian.
2. Usia dan Tahap Perkembangan yang Berbeda
Selisih usia yang cukup jauh dapat menciptakan jarak emosional maupun minat. Kakak yang sudah remaja mungkin sibuk dengan urusan sekolah atau teman, sementara adik masih dalam tahap bermain dan mengeksplorasi. Mereka menjalani fase kehidupan yang berbeda, sehingga wajar jika mereka tidak selalu cocok atau merasa nyambung.
Cari momen-momen kecil yang bisa menyatukan mereka, seperti bermain game sederhana bersama, berbagi tugas ringan, atau menonton film keluarga.
3. Persaingan yang Tak Terucap
Tanpa disadari, anak-anak bisa merasa dibandingkan atau bersaing dalam hal perhatian, prestasi, atau kasih sayang dari orang tua. Persaingan ini kadang tidak muncul dalam bentuk konflik terbuka, tapi bisa membuat hubungan mereka dingin dan menjaga jarak.
Hindari membandingkan anak secara langsung. Rayakan keunikan masing-masing dan berikan perhatian yang seimbang, baik dalam hal waktu maupun dukungan.
4. Kurangnya Ruang untuk Berinteraksi Positif
Kesibukan sehari-hari, rutinitas sekolah, dan jadwal yang padat bisa membuat anak-anak tidak punya cukup waktu untuk sekadar ngobrol santai atau melakukan kegiatan bersama. Hubungan yang tidak dibangun dengan waktu dan kebersamaan perlahan bisa terasa renggang.
Ciptakan waktu khusus untuk kegiatan bersama keluarga. Tidak harus mewah, sarapan bersama, jalan sore, atau bermain board game sudah cukup untuk mempererat kedekatan.
5. Anak Butuh Contoh, Bukan Sekadar Nasihat
Anak-anak belajar tentang hubungan dari apa yang mereka lihat, bukan hanya dari apa yang mereka dengar. Jika orang tua terbiasa menyelesaikan masalah dengan cara diam-diam atau tidak menunjukkan kehangatan dalam relasi, anak mungkin akan meniru pola itu dalam hubungan antar-saudara.
Tunjukkan relasi sehat melalui komunikasi terbuka dan ekspresi kasih sayang dalam keluarga. Anak yang melihat interaksi hangat akan lebih mudah mencontohnya dalam relasi mereka sendiri.
Tidak semua kakak-adik akan menjadi sahabat dekat, dan itu bukan kegagalan orang tua. Yang penting adalah menciptakan lingkungan yang aman, terbuka, dan penuh penerimaan agar anak-anak bisa saling menghargai meski berbeda. Kedekatan bisa tumbuh seiring waktu, terutama jika mereka tahu bahwa rumah adalah tempat di mana mereka bebas menjadi diri sendiri, tanpa tekanan untuk harus akrab.
Menumbuhkan kedekatan bukan soal memaksa mereka bersama, tapi soal memberi ruang untuk mereka menemukan cara sendiri untuk saling terhubung.

