Bali
Pura Beji Pesimpangan Ratu Niang Bhatara Bhatari Sakti Kerobokan Untuk Memohon Kesembuhan Dan Memohon Keturunan
Pura Beji Pesimpangan Ratu Niang Bhatara Bhatari Sakti adalah salah satu tempat untuk melakukan kegiatan melukat/mandi suci untuk membersihkan diri baik secara skala maupun niskala. Pura Beji ini juga diyakini sebagai tempat sangkep/rapat secara niskala.

Pura Beji ini terletak di Banjar Padang Kerobokan persis disebelah Sanggar Seni Majelangu. Posisi pura berada dipinggir sungai yang sering disebut sebagai tukad Kreteg. Tukad ini juga terkenal tenget/angker karena menurut cerita masyarakat setempat, tukad ini adalah tempat untuk membuang jenasah-jenasah saat kejadian Gestok silam.

Di awal saat sebelum dibuat pelinggih seperti saat ini, di area lokasi Pura Beji sering ada penampakan ikan besar dengan wujud yang berubah-ubah dimana ikan ini diyakini sebagai ikan Duwe yang menjaga areal Pura Beji. Selain itu beberapa orang sering melihat penampakan ular besar yang masuk menuju areal Pura ini.

Kemudian menurut penuturan Jro Mangku Nengah Sunarta kalau saat itu ia menemukan patung kepala naga, entah siapa yang membuang atau menaruhnya saat itu. Kemudian ia membuatkan badan untuk patung kepala naga tersebut.

Di lokasi terdapat pohon santen dan pohon beringin yang cukup besar. Namun karena pertimbangan keamanan pohon beringin dan pohon santen tersebut ditebang. Jro Mangku Sunarta secara bertahap dengan usahanya sendiri membangun Pura Beji ini sampai terwujud seperti saat ini.

Menurut Jro Mangku Nengah Sunarta yang sering disebut dengan nama Kakek Mangku Dewi ini, kalau di Pura Beji ini terdapat sumur kecil yang mengeluarkan air suci. Sumur ini tidak pernah habis walaupun air sungai sedang surut/kecil. Air yang keluar dari sumur inilah yang digunakan untuk sarana pengelukatan.

Fungsi melukat di Pura Beji ini untuk membersihkan diri secara skala dan niskala. Biasanya orang yang datang melukat memiliki sakit/masalah secara niskala baik untuk sakit/masalah pemetuan(bawaan lahir), karena kena sisip(salah tingkah laku) dan karena perbuatan orang lain yang tidak suka/iri.
Proses melukat dilakukan di areal Pura Beji. Pemedek yang akan melukat membawa saranan Pejati 2 buah untuk proses melukat dan untuk matur piuning ring Ida Sesuhunan.
Sarana lain adalah membawa 3 buah bungkak yaitu bungkak nyuh gading, gadang dan bulan. Jika tidak memiliki 3 jenis tersebut tetap membawa 3 buah bungkak baik gadang atau gading. Untuk melukat bisa memilih hari apa saja tidak melihat pasah atau tidak dan Jro Mangku selalu ada di lokasi Pura Beji.
Setelah melukat nanti akan ada petunjuk dari Ida Sesuhunan langkah apa yang harus dilakukan selanjutnya untuk menuntaskan sakit/masalah yang dialami pemedek. Jika memang perlu untuk penanganan lebih lanjut, Kakek Mangku akan melakukan Usadha untuk menyembuhkan sakit/masalah pemedek tersebut.

Selain untuk nunas tamba (obat) dengan cara melukat, di Pura Beji ini juga bisa untuk memohon keturunan dan memohon keselamatan untuk anak/bayi. Proses ini dilakukan dengan memohon kepada Ida Sesuhunan Ratu Biang Kelika yang digambarkan dengan wujud Rangda yang sedang menggendong anak.
Biasanya pemedek memohon keturunan karena sudah lama sejak menikah belum bisa memiliki keturunan. Selain memohon keturunan banyak pemedek juga memohon untuk keselamatan anak/bayinya seperti misalnya si anak/bayi yang suka rewel di malam hari atau gangguan lainnya.

“Selama ini banyak permohonan pemedek yang dikabulkan baik oleh Ida Sesuhunan Niang Sakti maupun Ida Sesuhunan Ratu Biang Kelika. Yang penting niat yang tulus dan benar-benar percaya dengan kekuatan Ida Sesuhunan disini, pasti Beliau akan mengabulkan permintaan kita”, ujar Kakek Mangku Dewi.
Pemedek yang menjalankan usaha/bisnis juga sering memohon tirta di Pura Beji untuk memerciki dan ngelinggihang tirta tersebut di tempat usaha/bisnisnya dengan harapan untuk melancarkan usaha dan melindungi usahanya dari gangguan niskala dari pihak-pihak yang tidak suka akan usahanya tersebut.
Lokasi Pura Beji Pesimpangan Ratu Niang Bhatara Bhatari Sakti
