Family
Si Paling Dewasa Penengah Konflik Keluarga, Kamu Salah Satunya?
Dalam suatu keluarga biasanya terdiri dari anggota keluarga beserta ragam karakternya. Mungkin kamu pernah mendengar bahwa anak sulung cenderung tegas, anak tengah yang unik, bahkan anak bungsu yang identik mencintai kebebasan.
Tapi pernahkah kamu mengetahui bahwa ada anak yang cenderung paling dewasa dan selalu jadi penengah tiap ada konflik keluarga? Atau mungkin kamu orangnya?
Anak yang kerap jadi penengah dalam konflik keluarga tidak melulu anak tengah, kadang bisa juga anak sulung, atau malah anak bungsu yang selalu dipersepsikan manja ternyata bisa lebih dewasa dibanding kakak-kakaknya.
Umumnya, si paling dewasa ini selalu dilibatkan dalam setiap keputusan besar di rumah. Misal konflik internal seperti masalah finansial, utang piutang, atau clash antar anggota keluarga, serta masalah yang lebih besar yakni konflik dengan keluarga lainnya yang masih dalam satu keluarga besar, konflik dengan tetangga, dan juga masyarakat. Ia juga sering disebut old soul atau memiliki jiwa tua dan cenderung bijaksana.
Menjadi si paling dewasa dalam keluarga layaknya posisi dengan tanggung jawab untuk mengarahkan keluarga dalam memperoleh solusi yang terbaik terkait penyelesaian masalah atau konflik yang terjadi.
Jika kamu adalah orangnya maka kamu patut berbangga pada dirimu sendiri karena rasionalitas atau kecerdasanmu dalam berpikir sudah terasah dengan baik, kamu juga obyektif dan tidak gampang tersulut emosi atau terbawa arus konflik, tidak heran kamu akan selalu dicari oleh orang tua maupun saudara-saudaramu terkait masalah yang mereka hadapi.
Namun, kamu mungkin akan rentan stres karena tanggung jawab ini. Belum selesai dengan kehidupan pribadimu yang rumit, kamu harus hadir menjadi pembawa solusi bagi orang-orang terdekatmu. Menjadi si paling dewasa dalam keluarga bukanlah sesuatu yang bisa dibuat-buat.
Lahirmu dengan kemampuan berpikir yang baik dan emosi yang stabil di dalam suatu keluarga bukan tanpa sebab. Kamu punya tujuan hidup untuk memperbaiki masalah bahkan trauma lintas generasi yang bisa saja sebelumnya sempat terjadi dan sudah semestinya putus atau diakhiri.
Tidak semua orang memiliki pemahaman yang baik akan hal ini, cukup banyak juga yang mempertanyakan “Why me?” dan mengapa bukan kakak, adik, atau saudaramu saja yang mengemban tanggung jawab ini? Daripada mempertanyakan hal tersebut, lebih baik menerima kondisi dirimu yang memang memiliki kebijaksanaan lebih dibanding saudaramu.
Kamu hanya perlu menggunakan kemampuanmu itu sesuai konteks, misal saat ada masalah yang memiliki urgensi untuk diselesaikan. Kemampuan ini juga bisa kamu tularkan kepada seluruh anggota keluargamu di rumah misal dengan ngobrol atau deep talk bersama mereka sehingga kedewasaan mereka dalam berpikir serta mengelola emosi pun juga terlatih, dengan begitu mereka tidak selalu bergantung kepada kamu tiap ada masalah.
Kamu tetap harus memprioritaskan dirimu dan hidupmu terlebih dahulu, karena seringnya orang-orang yang menjadi si paling dewasa dalam keluarga kerap kehilangan dirinya sendiri hanya karena merasa dibutuhkan, mesti selalu ada, dan bertanggung jawab di keluarga apapun masalahnya bahkan sampai mengesampingkan masalah sendiri. Berbahagialah dengan dirimu sendiri terlebih dahulu sebelum menjadi berkat dan manfaat bagi keluarga maupun sekitar.