Tradisi Ngagah/Menggali Kuburan Saat Upacara Ngaben Ngerit Atau Ngaben Massal

Ngaben merupakan prosesi upacara pembakaran jenasah di Bali yang termasuk dalam upacara Pitra Yadnya. Saat ini untuk upacara Ngaben di beberapa tempat melakukannya secara kolektif/bersama-sama yang sering disebut sebagai upacara Ngaben Massal atau Ngaben Ngerit.

Hal ini dilakukan untuk meringankan beban biaya keluarga yang memiliki keluarga yang meninggal. Biasanya pelaksanaannya dilakukan beberapa tahun sekali misalnya 3 tahun sekali sesuai kesepakatan Banjar atau Desa Adat setempat.

Dalam pelaksanaan Ngaben Massal ini ada tradisi unik yang menarik untuk diikuti. Tradisi tersebut adalah tradisi Ngagah. Tradisi Ngagah ini adalah tradisi mengangkat jenasah orang yang sudah meninggal dari tanah/kuburan untuk dilakukan prosesi upacara ngaben.

Secara niskala adalah bertujuan untuk mengangkat roh orang yang meninggal tersebut untuk diupacarai dalam upacara Ngaben karena diyakini saat orang meninggal dan dikubur di setra/kuburan adat setempat, roh orang tersebut sedang ngayah di sekitar tempat tersebut bisa di Pura Prajapati atau di Pura Dalem.

Secara skala berfungsi untuk membersihkan setra/kuburan adat agar setra tersebut tidak penuh karena sudah dilaksanakan Upacara Ngaben secara berkala dimana didalamnya terdapat prosesi Ngagah ini.

Prosesi Ngagah dilakukan saat hari upacara Ngaben atau sebelum Upacara Ngaben tergantung duasa/hari baik dan kesepakatan di Banjar atau Desa Adat setempat. Jika dilaksanakan saat hari upacara Ngaben, maka prosesi Ngagah akan dilakukan subuh pagi hari dan jenasah yang diangkat langsung ditempatkan pada “wadah” yang akan digunakan untuk pembakaran jenasah.

Jika dilaksanakan sebelum hari Pengabenan, jenasah yang diangkat akan langsung dilakukan prosesi pembakaran(bukan prosesi Ngaben) dan tulang/abu hasil pembakaran tersebut akan diletakkan pada tempat yang sudah disiapkan dimana akan dilakukan pembakaran pada saat prosesi Ngaben. Hal ini dipilih selain karena duasa/hari baik juga untuk mempersingkat waktu saat prosesi Ngaben.

Biasanya ada aturan jika ada yang meninggal dibawah 6 bulan dari pelaksanaan Ngaben biasanya orang yang meninggal akan langsung dibakar dengan sebutan mekinsan ring geni. Hal ini untuk menghindari agar saat Ngaben, jenazah tidak sedang dalam keadaan “basah”.

Saat melakukan prosesi Ngagah ini, warga akan dibagi tugasnya berdasarkan kelompok menyesuaikan dengan jumlah sawa(jenazah). Dalam setiap kelompok akan terdiri dari kelompok kecil dimana ada yang bertugas untuk menggali sekaligus menutup liang kubur dengan tanah kembali dan kelompok yang bertugas untuk mengangkat jenazah.

Prosesi diawali dengan menggali dahulu kuburan, kemudian jika sudah ditemukan bagian dari jenasahnya kemudian dilakukan prosesi ngedetin(menarik secara simbolis). Ngedetin ini menggunakan tali/benang dan uang kepeng satakan yang dipegang oleh orang yang akan melakukan prosesi ngedetin. Orang yang melakukan ngedetin adalah dari pihak keluarga yang memiliki sawa tersebut.

Proses ini biasanya sebagai simbolis untuk memanggil/membangunkan roh dari orang yang telah meninggal tersebut untuk diupacarai saat prosesi Ngaben

Setelah itu baru kemudian sawa diangkat secara perlahan untuk dibawa ke tempat yang telah disiapkan untuk dibakar dimana setelah sawa diangkat dilakukan penyilur bangbang(penukar liang kubur) dengan menggunakan anak ayam(pitik).