Connect with us

Berbincang dengan Marmar, Kedux, Duwi Arsana, dan Arya Brata di Creative Talk 4.0

Peristiwa

Berbincang dengan Marmar, Kedux, Duwi Arsana, dan Arya Brata di Creative Talk 4.0

Dinas Pariwisata dan Badan Kreatif Kota Denpasar menggelar Talkshow bertajuk Creative Talk 4.0 yang menghadirkan empat sosok pembicara muda kreatif yakni, Marmar Herayukti, Gede Sentana Putra (Kedux), Duwi Arsana, Arya Brata, yang dimoderatori oleh Wartawan Senior, Wayan Juniarta. Talkshow yang dihadiri oleh ratusan sekaa teruna-teruni dan akademisi tersebut dilangsungkan pada Sabtu Pagi (7/3) bertempat di Ruang Teater Taksu Dharma Negara Alaya, Denpasar.

(ki-ka) Arya Brata, Marmar Herayukti, Kedux, Duwi Arsana, dan Wayan Juniarta dalam Talkshow Creative Talk 4.0 – Admin

Dalam bincang santai itu, keempat pembicara berbagi tentang hal-hal yang berhubungan dengan tantangan industry kreatif di era 4.0 sesuai dengan perspektif dan bidangnya masing-masing. Seperti, Marmar Herayukti, sebagai Undagi Ogoh-Ogoh, yang sedang giat menyosialisasikan ogoh-ogoh ‘ngulat’ dan bermaterial alami. Kedux, seorang Builder Otomotif dan Unagi Ogoh-Ogoh, yang berbagi soal perspektif kreatifnya dalam manajemen pembuatan ogoh-ogoh. Duwi Arsana, Conten Creator Teknologi dan Otomotif, yang mengambil celah kreativitas melalui sebuah masalah. Serta, Arya Brata, Entrepreneur Muda dan Founder DenpasarNow, yang berbagi soal status media sosial di kalangan masyarakat digital.

Sejak 2014, Marmar Herayukti kembali pada pakem ogoh-ogoh bermaterial ramah lingkungan dan tradisi ‘ngulat’. Tentu ini bukan sesuatu yang baru bagi Marmar karena ia telah berkesenian sejak ogoh-ogoh masih dibuat dengan material ramah lingkungan dulu. Tetapi, memasuki era tahun 1998 hingga 2000-an, material ogoh-ogoh mulai bergeser dari alami menjadi bahan sintetis, seperti styrofoam. Tahun 2008 hampir seluruh ogoh-ogoh di Bali menggunakan styrofoam. Marmar mengakui pernah larut dalam masa itu sebelum akhirnya disadarkan oleh sebuah kenyataan buruk.

“Tidak dipungkiri, saya pernah ikut. Namun, di tahun 2012 saya mulai risih dengan sampah styrofoam ini karena 2 balok saja sudah menghasilkan 40 kantong sampah. Saya sempat bertanya pada teman dan membaca beberapa literasi apa sebenarnya styrofoam ini? Ternyata Ssyrofoam ini adalah sampah abadi yang karsinogenik menurut WHO, artinya bahan pemicu kanker. Dari situ, kami di Banjar Gemeh sudah sepakat untuk tidak menggunakan styrofoam lagi,” papar Marmar.

Gayung bersambut, ketika Marmar menyuarakan ajakan itu, pemuda Bali tidak tutup mata dan telinga. Mereka sepakat untuk tidak menggunakan styrofoam lagi hingga sekarang. Lanjut Marmar, komitmen ini tidak hanya berhenti di bidang ogoh-ogoh saja, namun juga dalam ekonomi kreatif. Hutan bambu yang tadinya digunakan untuk foto pre-wedding, kini telah dimanfaatkan untuk menjadi benda-benda yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Seni instalasi pun mengikuti untuk menggunakan material bamboo karena dianggap murah dan mudah didapat.

Sementara itu, Kedux yang tampil polos dengan slide presentasinya mengelaborasikan ‘kreativitas’ ke dalam 3 bagian, yakni kreativitas murni, yang berarti membuat sesuatu dari tidak ada menjadi ada, kreativitas adopsi, yaitu mengadopsi sesuatu di luar yang dijadikan karya, contohnya teknologi hidrolik di eskavator diadopsi dalam pembuatan ogoh-ogoh, dan kreativitas modifikasi, yang berarti benda yang sudah ada dikembangkan lagi bentuk sebenarnya, contohnya modifikasi motor. Menurut Kedux, proses kreatif tersebut tidak akan bisa berjalan tanpa tim dan tim tidak akan bisa berjalan tanpa manajemen dan sistem.

Builder motor yang 9 Maret nanti akan bertolak ke US untuk pameran motor ini mengaku sangat terobsesi dengan ogoh-ogoh besar, namun obsesi tersebt terkendala oleh sistem perkabelan di Kota Denpasar yang semrawut, membuat ogoh-ogoh Kedux mengalami kesulitan saat diarak. Maka, ia pun terpikir untuk mengadopsi sistem hidrolik di eskavator untuk gerakan ogoh-ogohnya.

“Saya kalau membuat ogoh-ogoh harus besar, orang melihatnya harus nyengenget (mendongak). Sedangkan kalau membuat ogoh-ogoh di Denpasar itu tidak bisa melewati ketinggian 4 meter dan kabel di Denpasar itu peselengkat (semrawut). Jadi, saya harus membuat gerakan ogoh-ogoh saya agar bisa jongkok saat melewati kabel dan berdiri lagi saat melewatinya,” ungkap Kedux yang sempat memancing gelak tawa peserta.

Senada dengan Kedux, Duwi Arsana juga tergerak untuk berinovasi dari keresahannya. Ia menceritakan bahwa channel YouTube-nya bermula dari tutorial, dan tutorial tersebut bermula dari keresahan yang dialami. Beberapa benda yang dibuat juga berasal dari permintaan para subscriber-nya, seperti mesin pembuat kabut sederhana, tong sampah berbicara, dan benda-benda unik lainnya.

“Saya memperbaiki peralatan elektronik karena dulu SMK Jurusan Elektro. Nyari tutorial dan materi eh ternyata pakai Bahasa Inggris. Susah Bahasa Inggris. Nah, mulai dari sana saya memperbaiki sesuatu dan membuat ulang tutorialnya menggunakan Bahasa Indonesia dan bahasa sehari-hari, bukan bahasa teknis. Jadi, lebih mudah dipahami,” ungkap pemilik channel YouTube Anak Agung Duwi Arsana itu.

Sesi terakhir ditutup oleh penjelasan Arya Brata mengenai seberapa penting media sosial bagi orang Indonesia. Berkecimpung di dunia digital dengan membangun beberapa media informasi di daring membuat Arya paham apa yang dibutuhkan sobat digital. Maka, ia pun membangun DenpasarNow, sebuah media seputar informasi dan hiburan yang kini telah memiliki 398 ribu pengikut di Instagram.

Menurut Arya, porsi idealisme dalam mengelola media sosial hanya 20 persen, sisanya mengikuti kemauan pasar karena DenpasarNow bukanlah media jurnalistik yang harus terikat dengan pakem yang ketat. Dilansir dari Kata Data, orang Indonesia menghabiskan waktu 8 jam berselancar di internet, entah itu membuka medsos, googling, atau menonton video. Maka, Arya menangkap peluang itu untuk memaksimalkan ide dan kreativitasnya dalam bidang digital dan media sosial. (*)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Lainnya di Peristiwa

Advertisement
To Top