Seni Budaya
Ida Sesuhunan Di Pura Agung Santi Bhuwana Belgia, Ngerehang Dilakukan Di Kuburan Tua
Pura Agung Santi Bhuwana Belgia yang merupakan salah satu Pura Megah di luar Indonesia tepatnya berada di daratan Eopra. Pura yang disungsung oleh umat Hindhu baik umat di Belgia maupun negara Eropa lainnya terutama yang berdekatan dengan Belgia ini memiliki Ida Sesuhunan berupa Barong dan Rangda.

Menurut I Made Wardana atau Bli Ciaaattt, bentuk fisik Ida Sesuhunan ini dihaturkan oleh Ida Tjokorda Sukawati yang berteman baik dengan pemilik Taman Pairi Daiza yaitu Eric Domb. Ia bercerita, pada tahun 2012 ia mendapatkan kabar dari Ibu Dewi dari TVRI Bali kalau akan ada rombongan dari Bali yang akan menghaturkan barong dan rangda untuk dipasupati sebagai Ida Sesuhunan di Pura Agung Santi Bhuwana.
Kontan hal ini membuat Bli Ciaaattt terkejut karena ia saat itu masih belum mengerti bagaimana nanti kelanjutannya baik secara skala maupun niskala.
“Jujur saya saat itu sangat terkejut dengan ide tersebut. Kami para pengempon di Pura saat itu memang memiliki konsep kesederhanaan dalam menjalankan ritual di Pura. Namun kami sebagai pengempon berusaha untuk menjalankan rencana tersebut dengan sebaik-baiknya dan kami berkewajiban untuk menjaga keberadaan Beliau,” ungkap Bli Ciaaattt.
Prosesi Ngerehang Di Penguburan Tua Di Taman Pairi Daiza
Pada tahun 2012, setelah rombongan dari Bali tersebut tiba, prosesi ngelinggihan Ida Sesuhunan dimulai dengan prosesi ngerehang. Prosesi ngerehang ini mengambil lokasi di lokasi penguburan tua yang berada di area Taman Pairi Daizia. Prosesi ngerehang dilakukan tengah malam tepat pukul 24.00 waktu setempat.

Prosesi ini dihadiri oleh Eric Domb dan stafnya, Ida Tjokorda Sukawati beserta rombongan, Ida Pedanda Nabe Gede Putra Telabah dari Griya Pesraman Telabah dan 5 orang pengempon Pura termasuk Bli Ciaaattt.
Proses pasupati dilakukan oleh Ida Pedanda Nabe Gede Putra Telabah dalam suasana sakral seperti prosesi ngerehang di Bali. Ida Sesuhunan yang dipasupati berwujud Barong, dua Rangda dan satu celuluk mepesengan(memiliki nama) Ratu Gede, Ratu Ayu, Ratu Mas dan Ratu Alit. Prosesi ngerehang malam itu berjalan lancar tanpa hambatan.

Keesokan harinya, Sesuhunan tersebut dipelaspas dengan prosesi dan upakara sama seperti di Bali. Prosesi ini berlangsung hingga sore hari dimana bersamaan dengan pentas budaya yang rutin diadakan setiap ada persembahyangan di Pura tersebut.
“Situasi saat itu cukup krodit, saat itu seharusnya waktunya untuk pentas budaya dimana penonton sudah ramai akan menyaksikan pentas budaya tersebut. Namun saat itu Ida Sesuhunan jagi mesolah napak pertiwi setelah dipelaspas, sehinga kami dibantu pecalang pura berusaha mengatur pengunjung yang ingin menonton pentas budaya dan umat Hindhu yang hadir untuk bersembahyang,” kenang Bli Ciaaattt yang saat itu sebagai Kelian Banjar Dharma Santi Belgia-Luxembourg.

Saat Ida Sesuhunan mesolah napak pertiwi, beberapa pemedek umat Hindhu mengalami kerauhan menari-nari sambil berteriak-teriak. Kontan saja hal ini menjadi tontonan pengunjung yang hadir dan membuat mereka bertanya-tanya apa yang terjadi dengan orang-orang yang tiba-tiba menari sambil berteriak-teriak.
“Kami sebagai pihak pengempon pura berusaha memberikan penjelasan umum kepada pengunjung agar mereka bisa mengerti. Ya kami bilang saja itu akibat suatu energi yang membuat mereka menari-nari dan berteriak-teriak. Dan kami meyakinkan juga kepada mereka kalau orang yang kerauhan tersebut setelah diperciki air suci akan kembali normal seperti sedia kala,” ungkap Bli Ciaaattt.
Tentunya penjelasan-penjelasan umum yang bisa dipahami perlu diinformasikan kepada pengunjung agar mereka mengerti dan tidak panik karena di negara mereka, hal ini tidak ada atau jarang terjadi.
Setelah Ida Sesuhunan mesolah napak pertiwi barulah dilanjutkan dengan pertunjukan seni dan budaya. Ida Sesuhunan di Pura Agung Santi Bhuwana selalu mesolah napak pertiwi setiap piodalan di Hari Raya Saraswati.

Ida Sesuhunan disineb, kalinggihang di Bale pemiosan(bale tempat Ida Pedanda mepuja) dimana diletakkan dalam ruang kaca karena belum memiliki tempat penyimpanan khusus(gedong).

Dengan adanya Ida Sesuhunan di Pura Agung Santi Bhuwana ini tentunya menambah kesakralan dan keagungan pura yang berdiri megah di tengah Taman Pairi Daiza, Brugelete, Belgia.
