Sosok
Perjalanan Spiritual Jro Mangku Sutanaya Melakukan Usadha Untuk Membantu Sesama Yang Memiliki Sakit Niskala
Jro Mangku Made Sutanaya adalah pemangku dan pengempon di Pura Dalem Bebetelan Menguntur. Selain sebagai Jro Mangku, ia juga menjalankan usadha(pengobatan tradisional) untuk mengobati orang yang sakit terutama sakit niskala.

Menurut penuturan Jro Mangku, ia menjalani usadha ini berawal dari sekitar tahun 1991 saat ia tiba-tiba jatuh sakit cukup parah tanpa diketahui penyebabnya. Jro Mangku saat itu sudah keliling berobat baik secara skala maupun niskala. “Saya hanya bisa pasrah dan selalu berdoa saja saat itu.
Setelah 5 tahun, tiba-tiba ada kucing dan ular setiap sore datang ke kamar saya dan tidur di tempat tidur saya. Kucing tersebut sering menjilat-jilat tubuh saya dan ular selalu tidur di kaki saya,” kenang Jro Mangku.
Setelah 15 hari kedatangan kucing dan ular tersebut, Jro Mangku mulai berangsur-angsur sembuh dan mulai bisa makan nasi. Jro Mangku kemudian melakukan nunas baos terkait sakit dan kesembuhannya. Awalnya didapat informasi bahwa kucing adalah sesuhunan di area Pura Bebetelan dan Ular adalah gabungan wong samar yang mengambil wujud ular. Disana juga ia mendapat petunjuk kalau ia harus melakukan beberapa hal termasuk berpuasa selama 42 hari agar sakitnya bisa sembuh total.
Disana juga ia mendapat petunjuk kalau ia harus melakukan beberapa hal termasuk berpuasa selama 42 hari agar sakitnya bisa sembuh total. Saat Jro Mangku sudah sembuh, ia mencoba lagi untuk mencari petunjuk mengenai apa penyebab sakitnya terdahulu. “Saya mendapat petunjuk kalau ada orang yang menginginkan saya mati sehingga ia bisa mengambil suatu pusaka yang saya miliki berupa keris. Karena hal tersebutlah saya dibikin sakit keras oleh orang tersebut”, tutur Jro Mangku.
Seiring berjalannya waktu, Jro Mangku kemudian mendapatkan petunjuk kalau ia harus menjalankan usadha untuk membatu warga yang memiliki sakit secara niskala. Jro Mangku hanya memohon agar saat melakukan usahda tidak menggunakan obat dimana hanya menggunakan kekuatan dari sesuhunan dan bantuan kekuatan gaib lainnya.
“Saya sebenarnya tidak memiliki dasar spiritual, hanya berawal dari saya sakit dan mendapat petunjuk dan anugrah untuk melakukan usadha. Kalau boleh memilih, saya memilih untuk tidak menjalankan usadha, karena menjalankan usadha ini tanggung jawab dan resikonya sangat berat bahkan bisa nyawa taruhannya,”
ungkap Jro Mangku yang memiliki tempat tinggal di Banjar Menguntur di sebelah selatang patung Sang Jogor Manik Batubulan.
Saat melakukan usadha, Jro Mangku melakukannya pada malam hari. Hal ini ia lakukan karena menyesuaikan dengan waktu di alam gaib yang berkebalikan dengan waktu di alam manusia. “Saya melakukan siang hari kecuali keadaan pasien sudah benar-benar gawat perlu segera ditangani. Saya biasanya melakukan usadha di rumah namun seringkali langsung ke lokasi tempat pasien tinggal,” cerita Jro Mangku. Untuk melakukan usadha, Jro Mangku tidak memilih hari, hari apa saja bisa dan sarana yang dibawa cukup canang saja.
Jro Mangku Sutanaya juga bisa membantu untuk mendapatkan penglaris untuk suatu usaha agar usaha tersebut lancar. Penglaris disini tidak memerlukan tumbal seperti penglaris lainnya sebut saja brerong yang kadang meminta tumbal manusia. “Saya bisa membantu untuk nunas penglaris berupa rambut wong samar dimana rambut ini nantinya ditaruh di tempat menjalankan usaha. Penglaris ini tidak akan meminta tumbal atau sejenisnya,” tutur Jro Mangku.
Dalam melakoni pengobatan secara niskala atau terjun di dalam dunia spiritual ini, Jro Mangku sudah sangat sering mendapatkan “gegodaan” atau gangguan dari pihak-pihak yang tidak senang terhadap dirinya. “Saya ini hanyalah manusia biasa yang tidak mengerti apa-apa. Hanya bisa pasrah dengan memohon kepada Ida Sesuhunan dan kekuatan gaib yang membantunya selama ini,” ungkap Jro Mangku yang sudah menjalani usadha sebelum menjadi Jro Mangku di Pura Dalem Bebetelan Manguntur dimana kurang lebih sejak 10 tahun lalu.

