Connect with us

Rare Angon Sebagai Manifestasi Dewa Siwa, Wajib Ada Dalam Upakara Nyatur(Catur)

rare angon pelayang

Seni Budaya

Rare Angon Sebagai Manifestasi Dewa Siwa, Wajib Ada Dalam Upakara Nyatur(Catur)

Saat ini sudah memasuki musim layang-layang. Para pelayang(sebutan untuk para penghobi layang-layang) sudah mulai menaikkan layang-layang mereka. Para Pelayang ini sering disebut atau identik juga sebagai Rare Angon.

rare angon pelayang

Apakah sebenarnya Rare Angon tersebut? Benarkah sebagai titisan Dewa Siwa?

I Kadek Satria, S.AG, M.Pd.H mengatakan bahwa dalam Lontar Tutur Sudamala dinyatakan bahwa Rare Angon adalah penjelmaan Dewa Siwa ke dunia sebagai pengembala sapi, penjaga dan pekerja sawah yang bertujuan untuk menggoda Dewi Uma dalam usaha pencarian air susu lembu yang akan digunakan sebagai obat.

Lebih lanjut Kadek Satria yang juga sebagai Ketua Pasraman Pasir Ukir Buleleng menambahkan kalau dalam Lontar Tutur Sudamala diceritakan suatu ketika Dewa Siwa menderita sakit dan akan sembuh dengan obat empehan atau susu lembu, maka ditugaskanlah Dewi Uma untuk mencari sampai dapat. Dalam upaya itu Dewi Uma kebingungan akhirnya ditemukanlah Rare Angon sebagai pengembala lembu, di sanalah Dewi Uma memelas untuk mendapatkan air susu lembu tersebut.

Rare Angon sendiri berasa dari kata Rare dan Angon dimana Rare adalah Anak dan Angon adalah mengasuh/pengasuh jadi Rare Angon adalah pengasuh anak dalam niskala dimana biasanya dikaitkan dengan layangan karena “melayangan” adalah salah satu upaya mengasuh dan mengasah konsentrasi si anak.

Menurut Kadek Satria lagi, selain layangan ada juga sunari dan pindekan(baling-baling dari bambu) yang erat hubungannya dengan Rare Angon. Sunari dan pindekan adalah salah satu piranti penting dalam memelihara dan mengamankan sawah, jadi ini adalah salah satu bagian atau sarana dari Rare Angon untuk menjaga keamanan sawah.

“Upacara/upakara setingkat Nyatur/Catur wajib ngelinggihang Rare Angon sebagai simbolisasi ngadegang Dewa Siwa,” ungkap Kadek Satria yang juga aktif sebagai penutur rohani atau Pendharma Wacana. Simbolisasi dari keberadaan Beliau adalah sunari, pindekan dan layangan.

Secara simbolis sunari itu sebagai penguatan yoga, maka sunari dibuat berlubang tujuh untuk menghasilkan suara dimana suara itulah sebagai simbol bahwa ada sebuah yadnya besar.

Berlubang tujuh berarti penguatan akan tiga dunia Bhur Bhwah Swah (sapta petala, sapta cakra, dan sapta loka), unsur bawah unsur tengah dan unsur atas.

Pindekan bermakna bahwa ditempat itu (yadnya) akan ada pemutaran sastra baik disimbolkan dengan ritual, prilaku atau doa untuk kebaikan alam. Sedangkan layangan sebagai simbol pusat konsentrasi yang bersumber pada angin (Iswara).

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Lainnya di Seni Budaya

Advertisement
To Top